Kisah Sukses Alumnus Biologi FAST UAD Setelah Tiga Kali Ditolak Beasiswa
Tak ada kesuksesan besar tanpa diawali dengan kegagalan. Sama halnya yang dirasakan oleh Taufik Hidayat, alumnus Biologi UAD angkatan 2014 yang kini merasakan buah manis dari kegagalan bertubi-tubi yang dialaminya. Dua kali merasakan kepahitan ditolak beasiswa LPDP dan satu kali gagal Australia Awards tak membuatnya lantas menyerah dan mengubur mimpi untuk kuliah di luar negeri. Berkat kegigihan dan keyakinan yang ia pegang teguh, akhirnya Taufik mendapatkan beasiswa daerah, NTB Scholarship Awardee 2020 dan berkesempatan melanjutkan studi Master of Environmental Protection di Warsaw University of Life Science, Polandia. Tak hanya itu, di tahun yang sama ia juga memperoleh beasiswa Erasmus+ Scholarship Awardee dalam rangka Student Exchange Master of Environmental Science-Toxicology di Wageningen University & Research, Belanda.
Dalam acara Alumni UAD Menyapa seri #7 yang diselenggarakan Sabtu, 16 April 2022 di Amphitarium Kampus 4 UAD, Taufik hadir secara online membagikan kisah perjuangan yang ia tempuh. Aktif dalam berbagai kegiatan kampus seperti study club, menjadi asisten praktikum, dan organisasi himpunan mahasiswa Biologi. Menurutnya, seorang alumni UAD dikatakan sukses jika ia mampu tetap memegang nilai-nilai yang diajarkan kampus di manapun dia berada. Ia juga berpesan bahwa selama jadi mahasiswa perbanyaklah kegiatan bermanfaat yang memberikan dampak baik bagi banyak orang.
”Jangan patah semangat, perbanyak kegiatan organisasi dan volunteer. Mata kuliah membentuk otak, volunteer membentuk jati diri. Tak ada perjuangan yang sia-sia, perjuangan kita tak akan ditonton Allah begitu saja, pasti semua usaha kita bakal di-track record sama Allah”, pesannya untuk yang masih menjadi mahasiswa. Ia juga menambahkan bahwa sebanyak apapun cobaan atau kegagalan yang datang, teruslah berdoa karena kita tidak tau doa ke berapa yang akan dikabulkan Allah.
Dalam acara tersebut, Taufik ditemani oleh narasumber tamu yang hadir langsung di tempat, Viringga Prasetyaji Kusuma yang merupakan Founder AMATI Indonesia, sebuah social enterprise berkonsep project based learning yang fokus bergerak pada program penyelesaian permasalahan khususnya di bidang SDGs. Konsep utama yang diusung AMATI ialah Green Economy, Green Jobs, dan Green Skills. Memanfaatkan berbagai bahan sisa seperti plastik dan pakaian yang sudah tak digunakan kemudian di-recycle menjadi sebuah produk bernilai jual fantastis. AHQ